Senin, 22 Maret 2010

Sudahkah Anda Menerima Roh Kudus


Dr. W. A. Criswell

Kisah Para Rasul 19:1-2
11-05-78

Terima kasih untuk paduan suara dan orkestra yang menyanyikan karya Handel, yaitu  Messiah.  Izinkan saya mengingatkan anda bahwa ada dua puluh tiga orkestra lain yang menyanyikan yang sama. Dia berkata, “Saya pikir saya menyaksikan kemuliaan Tuhan,” saat dia menuliskan musik yang tidak ada taranya itu lebih dari tiga ratus tahun lalu. Jadi, hari Minggu berikutnya, kita akan mencari yang lain. Kita punya sukacita luar biasa untuk menikmati bersama jam-jam ini di First Baptist Church of Dallas dengan ribuan orang lewat televisi kabel, yang ada di stasiun di sini di Metroplex, dan yang di radio menyembah bersama-sama dengan kami. Ini adalah pendeta Gereja yang membahas salah satu teks dan subyek yang berkaitan dengan kehidupan kita di hadapan Tuhan.  Judul renungan ini adalah SUDAHKAH ANDA MENERIMA ROH KUDUS?  Ini merupakan sebuah eksposisi dari ketujuh ayat pertama dari Pasal 19 Kisah Para Rasul.  Dalam renungan kita mengenai Kisah Para Rasul, kita telah sampai pada Pasal 19. Dan ini adalah awal dari tiga volume khotbah yang akan dicetak dalam paparan dari bagian Inji yang hebat dan bermanfaat ini. Di pekan berikutnya, akan dipublikasikan bagi kita volume pertama mengenai Kisah Para Rasul.  Cetakan tersebut akan mencakup delapan pasal pertama. Ada empat puluh - empat puluh tujuh ayat dalam buku tersebut. Maka, minggu berikutnya, saya akan mengirimkan pesan berisi pasal sembilan sampai dengan pasal delapan belas. Dan ada empat puluh dua khotbah – empat puluh dua bab dalam Buku tersebut.  Dan hari ini, kita memulai volume ketiga yang diawali dengan Pasal 19 Kisah Para Rasul. 
Dengan segenap hati, saya ingin agar khotbah malam ini dan khotbah pagi ini bisa disampaikan pada saat bersamaan – karena keduanya adalah dua bagian dari satu kesatuan.  Khotbah malam ini berjudul: MURID YOHANES PEMBAPTIS, dan kedua khotbah ini, baik yang malam maupun yang pagi ini, harusnya dilakukan bersama-sama. Tapi, karena kurangnya waktu, tidak ada kesempatan bagi saya untuk menyampaikannya sekaligus.  Akan menjadi satu mujizat jika saya bisa menyelenggarakan kebaktian bahkan menyampaikan separuh dari pesan ini. Sekarang, mari kita baca nats kita.  Ketujuh ayat yang memulai Pasal 19 dari Kisah Para Rasul.  “Dan terjadilah bahwa Apolos masih di Korintus” [Kis 19:1].  Sekarang orang Alexandria hebat ini merupakan salah seorang murid Yohanes Pembaptis; artinya, dia adalah seorang murid dari seorang murid—murid dari Yohanes Pembaptis.  Pergerakan ini berlanjut selama bertahun-tahun. Sat ini ada murid-murid Yohanes Pembaptis.  Pergerakan ini berlanjut setelah Baptist, meskipun Tuhan tidak memaksudkannya demikian.  Pegerakan ini sifatnya paralel. Terjadi secara seiring – pergerakan umat Kristen dan pergerakan Yohanes Pembaptis.  Kehendak Tuhan adalah bahwa pergerakan Yohanes Pembaptis dimasukkan ke dalam pergerakan Kristen. Tetapi akhirnya tidak terjadi seperti itu.  Mereka berjalan secara paralel.  Orang Alexandria yang brilian bernama Apollos ini merupakan murid dari seorang murid bernama Yohanes Pembaptis. Dan ini memperkenalkan kita pada dua belas orang yang juga ada di Efesus, menyeberangi Laut Mediterania, yang merupakan murid dari sang murid bernama Yohanes Pembaptis.  Jadi ini diperkenalkan oleh. 
Dan terjadilah, ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid. Katanya kepada mereka: ”Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya? Akan tetapi mereka menjawab dia: “Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus.” Lalu kata Paulus kepada mereka: ”Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?” Jawab mereka: ”Dengan baptisan Yohanes.” Kata Paulus: “Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian daripadanya, yaitu Yesus. Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka. Turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. Jumlah mereka adalah kira-kira dua belas orang [Kis 19:1-7]. 
Nah, sebagaimana anda tahu, saya yakin bahwa Firman Tuhan tidak bisa salah, dan tidak mungkin salah, dan merupakan wahyu dari atas. Tetapi kadang-kadang terjemahannya ke dalam bahasa asing—Firman itu sendiri tidak bisa salah dan tidak mungkin salah—tidak sesuai dengan Firman yang diwahyukan Tuhan.  Dan anda memiliki satu contoh tragis dari kesalahan penerjemahan.  Versi King James menuliskan dalam ayat kedua, “Paulus bertanya kepada mereka: “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?”—artinya, ini adalah berkat anugerah kedua; yaitu mereka percaya dan kemudian, di waktu selanjutnya, mereka menerima Roh Kudus seakan-akan ada dua insiden berbeda dalam kehidupan dua belas murid Yohanes Pembaptis ini.  Dan ini telah menimbulkan banyak kesalahan dan bidat dan salah paham karena satu salah penerjemahan yang terjadi dalam kisah kekristenan.  Tidak ada petunjuk sedemikian yang dibuat dalam Injil, dan memang bukan ini yang ada di teks aslinya. 
Sekarang, kita akan menerjemahkannya persis seperti yang diwahyukan Tuhan: pneuma hagionRoh Kudus; elabete.  Ini adalah kata kerja aorist kedua dari lambano—berarti “menerima”—dan aorist adalah satu titik waktu.  “Roh Kudus, apakah kamu menerimanya [di masa lalu]?”  Apakah kamu menerimanya [di masa lalu]?  Pisteusantes.  Ini juga merupakan bentuk ‘participle’ aoristic pertama;  pada saat engkau percaya [di masa lalu].  “Pada saat engkau percaya [di masa lalu], apakah engkau menerima Roh Kudus?”  Secara bersamaan; pada saat yang sama engkau percaya, apakah engkau menerima Roh Kudus?  Tidak ada hal sedemikian dalam Injil, teks nya tidak mengatakan demikian. Satu kali engkau diselamatkan, engkau dilahirkan kembali, engkau percaya, engkau percaya pada Tuhan, dan engkau menjadi seorang Kristen; dan kemudian, pada suatu waktu setelahnya atau di kemudian hari, atau di suatu waktu berbeda, engkau menerima berkat anugerah kedua.  Itu tidak pernah terjadi. Tidak ada doktrin seperti ini pernah didapati dalam Firman Tuhan.  Saya telah menerjemahkannya persis sebagaimana Roh Kudus telah menuliskannya. Secara bersamaan, pada titik waktu yang sama, elabete, aorist selalu merupakan satu titik waktu. Pada titik waktu itu, elabete, apakah engkau menerima Roh Kudus?  Titik waktu mana?  Aorist lain; pada titik waktu itu saat engkau percaya. 
Terkadang, dalam versi-versi ini, anda akan menemukan kata-kata dalam bahasa kita yang sama-sekali tidak ada dalam Firman Tuhan orisinil. Dan itu selalu menciptakan reaksi yang tragis, Ambil contoh, 1 Yohanes 3:9: ”Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; . . . dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.”  Dan dari kesalahan penerjemahan itu muncullah doktrin pengudusan tertinggi dan lengkap dan akhir dalam hidup ini—karena tidak mungkin bagi kita untuk hidup tidak melakukan dosa, sepenuhnya sempurna. Tidak ada doktrin sedemikian pernah diajarkan dalam Injil; secara manusiawi itu juga tidak mungkin.  Injil adalah Kitab yang paling nyata dan paling bisa dialami dalam hidup dari semua Kitab lainnya. Apa yang anda dapati dalam kehidupan, anda akan menemukannya dalam Injil. Dan apa yang anda temukan dalam Injil, anda akan menemukannya dalam kehidupan. Anda tidak akan pernah menjadi sempurna—dalam arti, tidak bisa lagi berbuat dosa.  Anda tidak akan pernah dikuduskan dalam tubuh manusiawi ini—tubuh maut ini.  Dan memang tidak tertulis demikian.  Apa yang dituliskan di sini adalah ini: “Siapapun yang lahir dari Tuhan, poieipoiei; present indicative active—“tidak mempraktekkan dosa.”  Dan dia tidak dapat, hamartanein; artinya present infinitive—“dan dia tidak dapat terus mempraktekkan dosa.  Karena dia lahir dari Tuhan.”  Saat seorang manusia memberikan dirinya untuk praktek kejahatan, dia tidak diselamatkan. Inilah yang dikatakan Injil. Engkau akan mengetahuinya dari buahnya. Tuhan kita berikrar. Dan teks ini tidak pernah mengatakan bahwa kita tidak akan bisa berbuat dosa—sempurna dalam hidup ini. Anda tidak akan pernah bisa. Dan anda akan kecewa jika anda pikir anda bisa melakukannya. Inilah sebabnya mengapa kita perlu mencuci kaki kita, seperti dikatakan Tuhan kita setiap hari: “Barang siapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya” [Yohanes 13:10].  Artinya, kita diselamatkan oleh Roh Tuhan—dilahirkan kembali; tetapi saat kita menjalani kehidupan di dunia ini, kaki kita menjadi kotor.  Dan anda tidak bisa menghindarinya. Bagaimanapun anda mencoba untuk tidak melakukan kesalahan dan kesilapan dan kekurangan dan kedagingan dan dosa, itu ada bersama kita, dan akan ada sampai Tuhan memberikan tubuh baru dan tubuh yang dibangkitkan kembali kepada kita. Tetapi apa yang dituliskan penulis, apa yang dituliskan Yohanes dalam perikop ini adalah bahwa, praktek dosa dalam kehidupan seorang manusia adalah sebuah pengakuan berbeda, penggambaran bahwa dia tidak diselamatkan. Dia tidak dilahirkan kembali. 
Anda memiliki sebuah kata tragis selain yang ditambahkan Versi King James kepada Pasal 16 Kitab Markus.  Markus belum selesai. Manuskrip yang kita miliki dalam Markus sudah tercerai berai.  Kitab itu tidak selesai.  Bagian akhir kitab itu hilang—hilang dari awalnya.  Sekarang telah ada empat puluh lusin upaya untuk menyelesaikan Kitab Markus.  Salah satu akan anda temukan dalam Versi Injil King James.  Dimulai di Ayat Sembilan sampai ke bawah. Tidak seorangpun tahu siapa yang menulisnya. Ini merupakan satu upaya untuk menyelesaikan Injil Markus. Tetapi itu tidak diwahyukan Tuhan. Tuhan tidak pernah menulis demikian. Dan artinya dimana anda menemui kelompok pawang ulang yang menemukannya di sana bahwa mereka akan menangani ular, dan itu tidak akan mengganggu mereka.  Dan ini sedih dan tragis. Tetapi dari semua salah penerjemahan dalam Injil, tidak ada yang memunculkan bidat dan salah pemahaman terhadap pikiran Tuhan sebagaimana nats kita pagi ini.  Diterjemahkan di sini, “sudahkah anda menerima Roh Kudus sejak anda percaya,” seolah-olah ini merupakan karya anugerah kedua. 
“Saat anda berbalik”—saat anda diselamatkan—“pada titik waktu mana anda menerima Roh Kudus?”  Tentu saja, ini yang akan menjadi kotbah saya hari ini.  “Akan tetapi mereka menjawab dia: “Belum, bahkan kami belum pernah mendengar bahwa ada Roh Kudus atau tidak” [Kis 19:2].  Saat Tuhan melihat kedua belas murid itu—itu merupakan satu kongregasi kecil, satu kawanan kecil—dan saat Paulus memandang mereka, segera dia bisa merasakan, karena dia adalah seorang yang peka secara spiritual, dia merasakan kurangnya, adanya cacat dalam iman mereka.  Ada kekurangan pada mereka.  Jadi dia bertanya kepada mereka, “Saat kamu berbalik, saat kamu diselamatkan, apakah kamu menerima Roh Kudus?  Tidak.  Kami belum pernah mendengar tentang Roh Kudus.  Segera terungkap pada Rasul apa yang dia curigai.  Karena regenerasi adalah satu karya Roh Kudus Tuhan.  Kita dilahirkan kembali oleh Roh Kudus Tuhan.  Artinya bagaimana kita diselamatkan; dan tidak pernah dari kuasa Roh Kudus yang melahirbarukan.  Pasal 3 Yohanes mengajar kita, “Jika seorang tidak dilahirkan kembali—anothen—”; jika seseorang tidak dilahirkan kembali oleh Roh Kudus; dia tidak dapat masuk.  Dia bahkan tidak dapat melihat kerajaan Allah [Yohanes 3:3].  Di Pasal 8 Kitab Roma, Rasul Paulus menulis, “Tetapi jika seseorang tidak memiliki roh Kristus, ia bukan milik Kristus [Roma 8:9].  Regenerasi kita, kehidupan Kristen kita tidak dapat ditawar lagi, terikat dengan yang di atas—satu dengan hadirat dan kuasa Roh Kudus.  Keduanya satu; tidak pernah terpisah.  Kedua nya adalah satu dan merupakan hal yang sama.  Dan tidak ada yang salah dalam hal itu.  Anda tidak perlu tersandung saat ada atau tidak ada Roh Kudus dalam kehidupan seseorang.  Ini tidak akan bisa salah. 
Roh Kudus adalah api.  Roh Kudus adalah nyala.  Roh Kudus membakar. Dan anda tidak bisa menyalakan api. Api tidak lah seperti benda lain di bumi. Tidak ada yang bisa dibandingkan dengan bumi.  Tidak sesuatupun yang bisa dibandingkan dengannya.  Api tidak mirip dengan lain. Anda bisa melukisnya dengan indah, tetapi anda tidak bisa dihangatkan oleh kanvas itu, dan kanvas itu tidak terbakar, dan kanvas itu tidak membakar—sedangkan api membakar.  Satu kali saya mendengar seekor monyet peliharaan kecil melarikan diri dari pemiliknya. Saat itu musim dingin, dan monyet itu kedinginan. Memanjat di satu sisi tembok, hewan kecil itu memandang ke dalam rumah, dan ada api besar di perapian. Hewan kecil itu berlari mengitari rumah dan mendapatkan satu lubang, masuk ke dalam, berlari ke ruang dimana ada nyala api di perapian, dan menaruh tangannya di depan api untuk menghangatkan dirinya.  Pada akhirnya, hewan itu mati membeku. Ternyata itu adalah api yang dilukis di sebuah layar yang menutup perapian itu.  Api tidak seperti benda lain. Api membakar dan menyala. Api punya panas dan kekuatan dan kemampuan.  Rahasia alam semesta ini adalah api.  Matahari yang menyala dan semua planet yang mengitarinya, membawa kehidupan, dan kehangatan, dan cahaya. Rahasia iman Kristen tidak kurang dari itu. Ada nyala Roh Kudus di dalamnya.  Dicurahkan atas kita saat Pentakosta, Roh Tuhan, Roh yang membakar—menyalakan [nya] dan menghilangkan keegoisan kita, membakar kedagingan kita, membakar semua ketidaksenonohan dalam hidup kita, mengubur dosa kita, membawa kita kepada Yesus.  Pembakaran kudus oleh Roh Tuhan memuliakan Tuhan dalam kita, dan satu waktu akan memuliakan kita, membebaskan kita, dan membangkitkan kita pada kemuliaan seperti Juru Selamat kita, Tuhan Yesus. Dan kita telah mendapatkan-Nya sepenuhnya sejak Pentakosta.  Roh Tuhan—seluruh Roh Kristus dicurahkan atas kita.  Saya menerima Dia seutuhnya.  Sekarang saya harus memberikan diri saya kepada-Nya, agar Dia memiliki saya seutuhnya.  Sudahkah anda menerima Roh Kudus?  Saat engkau percaya, saat engkau dilahirkan kembali? 
Jika Paulus akan berdiri di atas mimbar ini, atau jika dia ke sini untuk mengunjungi anda, dan berdiri di mimbar ini, dan dia memandang kita, atau mengunjungi rumah anda, dia memandang pada anda.  Dan Dia melihat anda, dan Dia mendengar anda akankah Dia menanyakan pertanyaan yang sama?  Apakah engkau menerima Roh Kudus Tuhan saat anda dilahirkan kembali?  Saat engkau diselamatkan?  Saat engkau percaya? Apakah demikian? Karena dalam hal lain yang kita alami dalam hidup kita, tidak ada regenerasi, tidak ada kelahiran kembali dari surga.  Tidak ada kelahiran kembali. Tidak ada seorang Kristen yang terpisah dari kuasa Roh Kudus yang melahirbarukan, tidak pernah. Orang-orang ini adalah para murid Yohanes Pembaptis – luar biasa. Tetapi menjadi seorang murid dan pengikut pengkotbah Baptis besar bukanlah merupakan keselamatan.  Dia mengkotbahkan pertobatan, tetapi reformasi kita tidak menyelamatkan kita. Kita bisa direformasi, dan terhilang. Dia memberikan kepada kita tanda besar reformasi dan pertobatan; yaitu baptisan air—Dicelupkan dalam air.  Tetapi saya bisa dibaptiskan dalam air dan tetap masih bisa terhilang. Seluruh pergerakan Yohanes Pembaptis adalah asketik.  Asketik adalah penarikan diri dari dunia, dan penyangkalan diri dari keduniawian, kedagingan dunia.  Dan saya bisa menjadi seorang asketik.  Dan saya bisa menarik diri dari dunia. Dan mencoba diri untuk disalibkan dan saya bisa mengobc untuk menghancurkan benih hasrat dalam diri saya. Seperti para penganut Buddhisme yang mencoba mencari Nirvana, saya bisa melakukan itu semua.  Saya bisa menjalani kehidupan asketik biara dan tetap saya masih belum diselamatkan – masih terhilang. Saya bisa hidup bersungguh-sungguh. Saya bisa hidup cermat. Saya bisa mengabdikan diri. Saya bisa mematuhi semua hukum – berupaya sekuat mungkin, dan masih terhilang. Tidak ada yang bisa aku lakukan dengan kepatuhan pada hidup benar dan hukum, dan kepatuhan akan perintah yang bisa membebaskan jiwa saya dari maut. 
Jika seorang manusia bisa diselamatkan oleh hukum, berarti seluruh pengorbanan dan penyaliban dan penderitaan Kristus—semua itu tidak berguna.  Karena saya tidak dapat menyelamatkan diri saya sendirilah Yesus datang untuk menyelamatkan saya. Dan karena saya tidak bisa melahirbarukan diri saya sehingga Roh Kudus Tuhan melahirbarukan saya.  Dan inilah yang sesungguhnya disebut oleh Injil sebagai baptisan Roh Kudus.  Saat saya diselamatkan, saat saya dilahirkan kembali, saya dibaptiskan oleh Roh Kudus.  Apa yang anda maksud dengan itu? Ini adalah cara Firman Tuhan menyampaikan doktrin ini – pengajaran ini.  Ada sebuah nubuatan Yohanes Pembaptis yang baru saja kita baca, bahwa akan datang Seseorang yang akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus, dan dengan api” [Matius 3:11].  Dan persis sebelum kenaikannya ke surga, Tuhan berkata, “Engkau harus tinggal di Yerusalem karena tidak lama lagi,” menurut nubuatan Yohanes Pembaptis, “kamu akan dibaptiskan dengan Roh Kudus” [Kis 1:3, 5].  Dan saat Tuhan naik ke surga, mereka menantikan janji Bapa, yaitu, pencurahan Roh Tuhan—baptisan Roh Tuhan.  Dan saat Pentakosta—berkat surgawi Tuhan Yesus Kristus dicurahkan di tengah-tengah kita.  Dalam konteks ini, Yesus adalah Pembaptis.  Dan Dia membaptiskan kita dengan Roh Kudus.  Berkat surgawi itu disebut “janji Bapa”; artinya, Bapa berkata kepada Tuhan Yesus, “Engkau diinkarnasikan, mengambil bentuk tubuh manusia untuk berkorban; mati di kayu salib untuk dosa dunia; disalibkan untuk membenarkan mereka; Engkau menderita dalam anugerah penebusan dosa; dan Aku berjanji kepada-Mu bahwa Aku akan mencurahkan Roh Tuhan atas manusia.”  Itulah janji Bapa. 
Jadi saat Tuhan Yesus mati dan disalibkan dan dikuburkan, dan dibangkitkan, saat Dia naik ke surga, Tuhan menepati janji-Nya—disebut baptisan Roh Kudus, berkat surgawi dari Kristus.  Dan saat Dia naik ke surga—untuk menggenapi nubuatan Yohanes, untuk menggenapi janji Bapa kepada Anak—Dia mencurahkan kepenuhan Roh Tuhan atas bumi pada hari Pentakosta.  Dalam konteks ini, Yesus adalah seorang Pembaptis dan Dia membaptiskan segenap dunia ini dengan mencurahkan kuasa lahirbaru, nyala Roh Kudus.  Sejak saat itu—sejak Pentakosta, adalah Roh Kudus yang membaptiskan kita ke dalam tubuh Kristus. 
Paulus menyatakan dalam I Korintus 12:13, “oleh satu Roh kamu semua dibaptiskan ke dalam [satu tubuh]”—yaitu tubuh Kristus.  Artinya, saat kita percaya—saat kita dilahirkan kembali, saat kita diselamatkan—Roh Kudus Tuhan menambahkan kita kepada tubuh Kristus.  Dan kita semua merupakan anggota tubuh Kristus.  Beberapa dari kita, kata Paulus—adalah seperti mata, beberapa seperti kaki, beberapa seperti kepala, beberapa seperti telinga. Kita tidak semua adalah kaki. Kita tidak semua adalah tangan. Kita tidak semua adalah mata. Semua kita telah ditambahkan ke tubuh Kristus, dan kita semua melengkapi tubuh Tuhan.  Itulah baptisan Roh KudusBilamana kamu mengajarkan Injil dengan benar, setiap doktrin akan terjalin seperti sebuah mosaik yang indah.  Dan itulah sebabnya mengapa Injil mengajar kita bahwa bila seseorang benar-benar dilahirkan kembali dan diselamatkan, dia selamanya diselamatkan.  Tidak ada hal seperti menambahkan tangan ke tubuh seseorang, kemudian mencabutnya, kemudian menambahkannya kembali, dan kemudian mencabutnya lagi, dan kemudian menambahnya lagi.  Anda tidak menambahkan kaki anda ke tubuh anda dan kemudian memotongnya dan kemudian memasangnya kembali.  Anda tidak diselamatkan lalu terhilang lalu diselamatkan lalu terhilang lalu diselamatkan lalu terhilang.  Jika seseorang pernah dilahirkan kembali, benih itu tetap berdiam dalam dia. Dia selamanya diselamatkan dan dia mendapatkan hidup abadi.  Dan kehidupan itu termanifestasi, dan itulah yang akan dibahas sejenak lagi dalam kotbah berikutnya. Kehidupan itu termanifestasi oleh hadirat dan karya, dan bukti adanya Roh Kudus secara luar biasa dalam hidupnya. 
Jadi, bila seseorang dibaptiskan oleh Roh Kudus Tuhan, dia dibaptiskan pada satu titik waktu. Pada titik itu saat dia dilahirkan kembali, dia ditambahkan ke tubuh Kristus. Dan kemudian , setelah itu ada pemenuhan, dunia tanpa akhir. Saat ini memuji Tuhan – penuh dengan Roh Kudus.  Kebaktian yang luar biasa, Tuhan memberkati kita dengna curahan Roh anugerah dan sukacita dan kedamaian dan glori – berlipat kali ganda. 

"Bandeng Presto"

Baca : Ibrani 12 :1-11
Ikan bandeng memiliki daging yang lezat. Namun, sayangnya memiliki tulang dan duri yang susah dipisahkan dari dagingnya. Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan mengolah bandeng menjadi bandeng presto. Bandeng diolah dengan pressure cooker, alat masak yang bekerja dengan memberikan tekanan tinggi. Tekanan ini telah diatur sedemikian rupa, sehingga tulang dan duri bandeng tersebut bisa menjadi lunak, tetapi dagingnya sendiri tidak rusak. Kita pun dapat menikmati daging bandeng yang lezat tanpa harus terganggu dengan tulang dan durinya lagi.
Mirip dengan ikan bandeng, ada juga banyak “tulang dan duri” dalam diri kita yang membuat hidup kita tidak menyenangkan bagi Tuhan. Mungkin “tulang dan duri” itu berupa kesombongan, kekurangpercayaan, kekerasan hati, pola pikir yang salah, dan sebagainya. Maka, kerap kali Tuhan harus mengatasinya dengan “memasukkan” kita untuk sementara waktu ke dalam “pressure cooker”, yakni situasi hidup yang membuat stres. Tentu dengan “takaran tekanan” yang sudah Dia atur, sehingga tidak akan melebihi kemampuan kita untuk menanggungnya. Cukup kuat untuk “melunakkan duri” alias membentuk kita, tetapi tidak sampai membuat kita hancur.
Apabila saat ini kita sedang berada dalam situasi yang menekan, yang membuat kita stres, jangan menyerah. Tetaplah beriman kepada-Nya. Bahkan, pakai kesempatan ini untuk merenung dan mencari apa yang Dia ingin kita ubah dalam diri kita. Lalu jalani dengan kesabaran dan ketekunan. Agar melalui proses ini, kita menjadi pribadi yang lebih baik dan memuliakan Tuhan.
TEKANAN HIDUP DIBERIKAN DALAM TAKARAN YANG CUKUP AGAR KITA DIBENTUK MENJADI SAKSI YANG HIDUP

Sabtu, 20 Maret 2010

Panggilan Untuk Bertobat


Baca : Yehezkiel 18 :30
Mengapa bila Allah dalam Yesus telah menyediakan anugerah keselamatan, kita tetap dituntut untuk bertobat? Bukankah anugerah berarti kita membawa segala kegagalan kita dan tanpa andil apa pun menerima keselamatan dari-Nya? Apakah anugerah Allah dan pertobatan kita tidak menjadi kontradiksi?
Kita perlu mengerti bahwa Allah sendiri “bertobat” dalam sikap-Nya terhadap dosa manusia. Akar kata bertobat (bhs. Ibr.) berarti menyesal, mengeluh, meratap. Allah bukan Allah yang tidak terpengaruh dan tidak peduli tentang kejahatan manusia, serta bagaimana kejahatan itu merusak kehidupan manusia. Alkitab mengungkapkan berbagai reaksi emosional Allah terhadap dosa. Yaitu penyesalan-Nya tentang kondisi manusia yang menyimpang dari yang Ia kehendaki, dan penyesalan yang membuat Ia bertekad untuk tidak membiarkan proses kehancuran itu tetap berlangsung. Inilah yang sesungguhnya melahirkan anugerah Allah kepada manusia. Anugerah-Nya menginginkan manusia berubah!
Bertobat berarti berubah. Berubah sikap terhadap Allah dan terhadap dosa. Semua dosa adalah perlawanan kepada Allah. Ketika kita berdosa kita menantang, mengejek, dan menolak Allah dari hidup kita. Orang yang berdosa menyerahkan hasrat dan cintanya kepada sesuatu yang bukan kehendak Allah. Semua ini kita tinggalkan. Kita bertobat, berubah sikap terhadap Allah, tentang dosa, dan tentang hasrat dosa kita! Bertobat juga berubah arah dalam perjalanan hidup kita. Berubah sikap menghasilkan perubahan orientasi hidup. Pikiran, kehendak, perasaan, penilaian, imajinasi dan arah perhatian kita tidak lagi berporoskan “aku dengan hasrat-hasratnya yang salah” tetapi Allah, kehendak dan kebenaran-Nya. Bertobat berarti berubah perilaku. Perpalingan orientasi hidup membuat perjalanan kehidupan keseharian kita berubah arah dan isi! Dalam perpalingan menyeluruh yang terus berproses nyata, kita menjalani kehidupan ke arah Allah, perjalanan hidup baru!
Pertobatan kita sesungguhnya adalah merespons anugerah Allah. Anugerah yang memanggil kita untuk bertobat, kini memberdayakan orang yang menyambut panggilan itu.

Dimulai Dari Diri Sendiri


Baca : Kejadian 27 : 30-36

Ayat Mas: Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Matius 7:12

 Penipu dan pengecut. Awalnya, Yakub jelas bukan tokoh Alkitab favorit saya. Akan tetapi, ternyata ia mengajarkan saya sebuah filosofi hidup yang penting: setiap perbuatan memiliki konsekuensi yang akan kembali pada kita; entah perbuatan baik, atau pun perbuatan buruk. Dalam kalimat yang lain, seperti yang dikatakan Paulus, “Apa yang ditabur, itu juga yang dituai.”
Pengalaman hidup Yakub menunjukkan “hukum” tersebut. Pada masa muda, Yakub menipu ayahnya, Ishak, dan kakaknya, Esau. Ternyata kemudian, ketika ia melarikan diri dari rumahnya, ia ditipu pamannya, Laban (Kejadian 29:1-30). Dan bahkan di saat usianya telah beranjak tua, ia ditipu pula oleh anak-anaknya (Kejadian 37: 31-35).
Maka betapa pentingnya kita menjaga sikap dan perilaku kita sendiri. Di kemudian hari, pada masa Perjanjian Baru, Tuhan Yesus berulang kali menekankan pentingnya memulai perbuatan baik dari diri sendiri. Misalnya, jangan menghakimi kalau tidak mau dihakimi dengan takaran yang sama. Salah satu yang paling terkenal tentu ucapan-Nya dalam doa Bapa Kami: “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”
Kerap kali kita frustasi ketika berada dalam situasi yang kurang baik. Acap kali kita pusing berputar-putar mencari solusi atas permasalahan yang menghadang. Tetapi barangkali kita lupa bahwa kunci terpentingnya ada dalam diri kita sendiri. Seperti yang sering dikatakan oleh orang bijak: jika kita ingin membuat dunia menjadi lebih baik, ubahlah diri kita sendiri dulu.

Apabila segala sesuatu akhirnya kembali kepada kita apakah yang akan kita gemakan?

Jumat, 19 Maret 2010

Kencana Wingka (Pecahan Genting Yang Berharga)


Baca: Mazmur 127

Ayat Mas: Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Mazmur 127:3

Wingka ialah pecahan genting, sedangkan kencana berarti emas. Meskipun sejatinya hanya pecahan genting, ia dianggap sebagai sebungkah kencana, emas yang amat berharga. Begitulah cara pandang orang Jawa terhadap sosok anak. Mereka menggunakan istilah kencana wingka untuk menggambarkan kasih sayang orangtua kepada anak mereka. Sejelek-jeleknya, sebodoh-bodohnya, atau senakal-nakalnya si anak, orangtua akan tetap mengasihi dan menyayanginya, bahkan jika perlu membela kelemahannya itu.
Pandangan ini mengandung kebaikan selama kita menerapkannya secara wajar. Sayangnya, orang cenderung bersikap berlebihan. Di satu sisi, sebagian orangtua menganggap anak sebagai kencana yang tidak boleh dicolek sedikit pun: dimanjakan, dituruti semua permintaan dan kemauannya, dibiarkan saja ketika melakukan pelanggaran atau tidak taat. Di sisi lain, ada orangtua yang memperlakukan anak sebagai “wingka”, merendahkan dan menginjak-injaknya, seperti yang terungkap dalam berbagai kasus kekerasan di dalam rumah tangga.
Alkitab menyetujui pandangan bahwa anak itu kencana. Ya, anak adalah karunia Tuhan yang sangat berharga. Ia pun diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. Namun, anak kita juga mengandung wingka, tabiat dosa yang mencemari semua manusia. Jadi, kita sepatutnya mengasihi dan menghargai anak tanpa mengabaikan kecenderungan berdosa yang membuatnya suka melawan. Untuk itu, kita tidak boleh melalaikan pendidikan dan pendisiplinan anak, yang akan membentuknya menjadi “anak panah di tangan pahlawan”, memenuhi panggilan Tuhan bagi hidupnya.

KASIH BUKAN HANYA DIUNGKAPKAN MELALUI PELUKAN NAMUN JUGA MELALUI TEGURAN DAN DIDIKAN

Kedatangan Anak Manusia


Baca: Matius 24 : 29-36

Bagaimanakah Tuhan Yesus akan datang untuk keduakalinya? Kedatangan-Nya akan bersifat universal dan diketahui oleh semua bangsa di dunia (ayat 29-30).
Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua membawa pesan yang berbeda dari kelahiran-Nya di kandang Betlehem yang sederhana dan dari kematian-Nya di kayu salib yang terkutuk. Kedatangan-Nya yang kedua menunjukkan kemuliaan dan kekuasaan-Nya (ayat 30). Para malaikat Tuhan akan pergi ke seluruh penjuru dunia untuk mengumpulkan umat pilihan-Nya menyongsong Tuhan (ayat 31). Kebenaran ini akan memberikan semangat baru bagi semua umat percaya di dalam menghadapi Akhir Zaman dengan penuh kekuatan dan pengharapan, meskipun mereka harus melewati masa-masa sulit sebelumnya.
Kedatangan Yesus yang kedua akan terjadi dengan segera (ayat 24) dan pasti (ayat 25), meskipun Tuhan tidak mengisyaratkan waktunya (ayat 36). Kesegeraan kedatangan Yesus tidak dapat disangkali dari perikop yang kita baca pada hari ini, meskipun pesan tersebut tidaklah harus diartikan secara hurufiah seluruhnya. Nampak jelas bahwa Yesus tidak menginginkan umat-Nya lengah di dalam menantikan kedatangan-Nya. Bahkan Ia menjamin bahwa apa yang Ia firmankan pasti akan terjadi (ayat 25).
Kapan waktunya? Malaikat-malaikat di surga tidak tahu. Tuhan Yesus menggunakan ungkapan `anak manusia’ untuk melukiskan tentang diri-Nya sendiri, dan mengatakan bahwa Ia sendiripun tidak tahu kapan saatnya. Hanya Allah Bapa yang mengetahuinya. Usaha-usaha untuk meramal hari kedatangan-Nya adalah sia-sia. Sikap positif yang dapat kita lakukan adalah berjaga-jaga dan berpegang pada pengharapan pasti yang telah dijanjikan-Nya.
Mari bersyukur untuk janji Tuhan akan kedatangan-Nya. Ia akan datang mengumpulkan kita dalam kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Waktunya sudah dekat dan pasti akan segera datang!

Selasa, 16 Maret 2010

Doa Satu Menit


Tuhan Yesus,
Engkau telah memberi kami
begitu banyak kesempatan untuk
membuktikan diri kami setia.
Dalam hubungan kami, pekerjaan kami,
pelayanan kami, dan di masyarakat, kami
mau untuk tetap setia dalam tanggung jawab
yang dipercayakan kepada kami.
Saat godaan datang mendesak kami dengan kuat,
tolonglah kami untuk ingat bahwa setia kepadaMu
adalah karunia terbesar yang Kau ingin kami
terapkan dalam kehidupan ini.
MendengarMu berkata, “Bagus, hai hambaKu yang baik
dan setia.” adalah kata-kata terindah
yang kami harapkan akan kami terima suatu
saat nanti ketika kami berjumpa denganMu.
Bimbing kami ya Tuhan Yesus,
agar kami tetap setia kepadaMu
selama-lamanya.
Amin.

Masalahnya Adalah Dosa


Baca:Nehemia 1

Ayat Mas: Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.1 Yohanes 1:9
Seberapa besar kemampuan manusia dalam menyelesaikan masalah? Manusia memang memiliki kepintaran, sehingga sanggup menyelesaikan banyak permasalahan yang ada di dunia. Buktinya adalah kemajuan teknologi. Teknologi muncul karena ada masalah yang dihadapi manusia. Namun, jika kita bertanya seberapa besar kemampuan manusia dalam menyelesaikan dosa, jawabannya adalah tidak ada. Hanya Tuhan yang sanggup menyelesaikan dosa manusia.
Nehemia sangat menyadari hal tersebut ketika ia harus menyelesaikan permasalahan bangsanya. Nehemia tahu bahwa bangsanya bukan hanya memiliki masalah secara politis, melainkan dosalah yang menjadi akar persoalan dari kehidupan bangsanya tersebut. Oleh sebab itu, hal pertama yang dilakukannya adalah datang kepada Tuhan dan berdoa. Ia mengakui bahwa dirinya serta bangsanya telah berbuat dosa, mengakibatkan mereka dibuang ke Babel. Ia lalu memohon pengampunan dosa. Nehemia sadar bahwa yang sanggup memulihkan kondisi bangsanya adalah Allah sendiri. Ia memohon agar Tuhan mengampuni dan memulihkan Yerusalem.
Berbagai masalah dalam hidup kita tak jarang berakar pada dosa. Jangan hanya berfokus pada masalah itu sendiri, lihatlah lebih dalam kepada dosa yang menyebabkannya. Sebelum kita “membereskan” masalah kita, baiklah terlebih dahulu kita membereskan dosa kita di hadapan Tuhan. Bertobatlah, dan mintalah ampun kepada-Nya. Pemulihan relasi dengan Tuhan ini dapat menjadi dasar dan sumber kekuatan bagi kita untuk menghadapi masalah yang ada.

Rekonsiliasi dengan Tuhan adalah dasar hidup yang kokoh

Senin, 15 Maret 2010

Pelajaran Bagi Para Pemimpin


Baca: Keluaran: 17-18

Walaupun Musa adalah pemimpin sebuah bangsa yang besar, Musa tetap mau merendahkan dirinya untuk belajar dari mertuanya tentang kepe­mimpinan. Membuka diri untuk terus belajar merupakan kunci kemajuan bagi seorang pemimpin.

Yitro mengajar Musa untuk memimpin dengan tetap mem­perhatikan kondisi diri sendiri. Walaupun Musa telah me­mimpin dengan amat baik, Musa perlu menyadari bahwa dirinya terbatas dan dia perlu menyediakan waktu untuk beristirahat. Bila Musa terus-menerus bekerja keras tanpa memperhatikan keperluan untuk beristirahat, dia akan men­jadi sangat kelelahan (18:17-18). Apa yang diajarkan oleh Yitro ini sama de­ngan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”(Matius 22 :39). Memperhatikan keperluan orang lain tanpa memperhatikan keperluan diri sendiri merupakan sikap yang ti­dak bijaksana!
Yitro juga mengajar Musa untuk membagi tugas dan bekerja sama (Kelu­aran 18:17-23). Musa dianjurkan untuk membangun sebuah tim kepemim-pinan yang memungkinkan dirinya membagi tugas dan tanggung jawab de­ngan orang lain. Bila Musa bisa menyerahkan masalah-masalah kecil untuk ditangani oleh anggota timnya dan dia memusatkan waktu dan pikirannya untuk memecahkan masalah-masalah besar, maka setiap masalah akan bisa ditangani dengan lebih cepat dan lebih baik. Pengalaman dalam peperangan melawan bangsa Amalek di pasal 17 seharusnya mengingatkan Musa bahwa dia memerlukan Harun dan Hur untuk menopang tangannya agar dia dapat tetap mengangkat tongkatnya sampai bangsa Israel memenangkan seluruh pertempuran (17:11-12).


Keluaran 18:24
“Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya.”

Sabtu, 13 Maret 2010

Melupakan Apa Yang Dibelakang

Bacaan hari ini: Filipi 3:12-16
Ayat mas hari ini: Filipi 3:13

Seorang pemain biola desa lolos ke final kompetisi nasional. Di malam final, permainannya mengundang decak kagum hingga semua menduga dialah yang bakal menang. Tiba-tiba, di bagian akhir permainannya, satu senar biolanya putus. Penonton menahan napas. Ada yang spontan berdiri. Bahkan pemimpin orkestra pengiring sempat berhenti. Namun, si pemain biola tetap tenang dan terus bermain, walau suara biolanya tak seindah semula. Ia tahu, tak ada gunanya memikirkan senar yang putus. Itu takkan menyambungnya lagi. Hanya membuang waktu dan energi. Lebih baik ia konsentrasi memainkan senar yang masih bisa dimainkan. Meski kalah lomba, ia menang atas kekhawatiran dan pemborosan energi.
 
Pemborosan energi terbesar bisa berwujud kekhawatiran dan pikiran negatif yang dihabiskan untuk memikirkan hal yang tak dapat diubah. Paulus sadar hal ini. Jika ia menghabiskan energi untuk memikirkan kesalahannya pada masa lalu, ia takkan dapat melayani dengan baik. Ia terlibat dalam pembunuhan Stefanus. Ia penganiaya jemaat. Sampai tua ia masih sadar akan dosa-dosanya (1 Timotius 1:16). Namun Paulus tahu, ia tak mungkin mengubah masa lalu. Maka, ia melupakan masa lalu dan mengarahkan diri ke masa depan.

Pernahkah Anda menyesalkan kesalahan pada masa lalu, menghabiskan energi dengan pemikiran “seandainya ini” atau “itu”? Anda tak perlu terus memikirkan “senar putus”. Seribu “seandainya” bisa dibuat dalam situasi-situasi demikian. Namun, pemborosan energi ini tak akan mengubah apa pun. Masa lalu tidak mungkin diubah. Jadi, jangan boroskan energi, lebih baik kita pakai kekuatan dan waktu yang masih ada untuk memainkan senar yang masih utuh.

JANGAN HIDUP PADA MASA LALU

ARAHKAN HIDUP DAN WAKTU PADA APA YANG MASIH BISA DIUBAH

Bacaan ayat -ayat :
3:12 Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.
3:13 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,
3:14 dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

3:15. Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu.
3:16 Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh. 
Comments



Rabu, 10 Maret 2010

4 Prinsip Hidup

Setiap hari kita berinteraksi dengan begitu banyak orang. Di keluarga, di tempat kerja, di sekolah, atau dimanapun kita akan membuat hubungan dengan begitu banyak orang. Tidak jarang, tiba-tiba timbul persoalan atau juga konflik dalam hubungan kita dengan orang lain. Tapi, itulah hidup! Namun, bagaimana kita menyikapi konflik tersebut? Apakah kita percaya bahwa Tuhan bisa memakai orang-orang di sekitar kita, bahkan yang sedang berkonflik dengan kita, untuk membentuk karakter dalam hidup kita? Jika kita ingin memaknai hidup dengan cara seperti itu, kita perlu 4 prinsip hidup berikut dalam berhubungan dengan orang lain :

1. Jagalah hati. Firman Tuhan berkata : " Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Ketika kita menerima kata-kata atau perlakuan yang menyakitkan, jagalah hati. Jika kita bisa menjaga kondisi hati kita untuk tidak mudah terpengaruh emosi dan tindakan orang lain, kita akan mampu melepaskan pengampunan dan lepas dari belenggu sakit hati.

2. Jagalah perkataan. Kita tidak hanya perlu memperhatikan apa yang kita ucapkan, tetapi juga cara mengucapkannya. Ada kalanya hanya karena salah ucap, atau nada suara dan ungkapan sinis bisa memancing sebuah pertengkaran. Hindarilah perkataan-perkataan yang tajam dan tidak perlu.

3. Jangan ungkit kegagalan masa lalu. Ingat, mungkin kita sedang bicara dengan orang yang pernah gagal di masa lalu. Daripada mengungkit-ungkit masa lalu yang bisa menimbulkan kesalahpahaman, lebih baik membicarakan hal-hal yang sekarang.

4. Jangan menunjukkan perkataan yang sombong. Tidak perlu memuji diri karena sebuah perbuatan yang pernah kita lakukan. Sikap rendah hati adalah kunci dalam menjalin komunikasi yang positif. Belajarlah untuk bersukacita ketika orang lain menerima pujian, sekalipun saat itu kita pun layak menerimanya.

Belajarlah setiap hari untuk mendatangkan damai sejahtera bagi setiap orang.

" ...sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka. "
( 1 Tesalonika 4 : 12 )

Senin, 08 Maret 2010

Kristen KTP

Baca : 1 Yohanes 1:5-10
Ayat Mas: Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. 1 Yohanes 1:6
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 27-29 1
Kita kerap mendengar istilah Kristen KTP sebagai sebutan bagi orang-orang yang mengaku dirinya orang kristiani, tetapi hidupnya sama sekali tidak mencerminkan sikap hidup kristiani. Jadi, kekristenannya hanya tertera di KTP, tidak tampak dalam kehidupannya. Dari makna tersebut, ada orang yang kemudian memplesetkan kepanjangan KTP itu menjadi Kristen Tanpa Pertobatan, Kristen Tanpa Pertumbuhan, Kristen Tanpa Pelayanan.
Apabila mengacu kepada firman Tuhan hari ini, kita juga menemukan sebuah arti yang baru lagi, yaitu Kristen KTP yang berarti Kristen Tanpa Persekutuan. Persekutuan dengan siapa? Persekutuan dengan Allah. Artinya, orang tersebut pergi ke gereja, bahkan melayani Tuhan, tetapi sesungguhnya tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Tuhan. Aktivitas dan pelayanannya pun kering. Seumpama robot, yang bisa bergerak ke sana kemari, tetapi tanpa jiwa yang hidup. Yohanes menyebutkan bahwa salah satu ciri orang yang tidak hidup dalam persekutuan dengan Tuhan adalah masih hidup dalam dosa (kegelapan). Ia bisa rajin ke gereja, tetapi dalam hidup sehari-hari sama sekali tidak menunjukkan sikap kristiani, bahkan tidak jarang dengan sadar melakukan hal-hal yang tidak diperkenan oleh Allah.
Hari lepas hari, kita harus selalu mengevaluasi hidup kita, jangan biarkan kita hanya menjadi Kristen KTP karena hal itu tidak diperkenan oleh Allah. Persekutuan dengan Allah penting bukan hanya sebagai dasar pelayanan kita, melainkan juga sebagai landasan hidup sehari-hari kita. Kita harus cepat berbalik dengan membangun kembali relasi dengan Allah secara benar.
ANAK-ANAK TERANG PASTI TIDAK MENYUKAI KEGELAPAN

Orang Kristen Masa Depan

Baca Kolose 3

Mana yang benar: Konsep tentang hidup “bagaimana nanti” atau “nanti bagaimana”?

Rasul Paulus menasihati jemaat untuk memikirkan perkara “yang di atas” (3:1-2), yaitu dengan kesadaran bahwa ada kehidupan dalam kekekalan dan bahwa suatu hari kelak kita harus mempertanggungjawabkan seluruh kehidupan kita kepada Tuhan. Kesadaran tersebut akan mempengaruhi cara hidup, tingkah laku, pikiran, dan perkataan kita. Hidup yang sudah ditebus oleh Kristus merupakan suatu proses perubahan terus-menerus untuk menanggalkan kehidupan duniawi yang lama dan menggantikannya dengan kehidupan rohani yang baru, sehingga karakter kita terus-menerus diperbaharui menjadi semakin menyerupai gambar Allah (3:9-10).

Bagaimana seorang beriman bisa mengalami perubahan karakter? Pertama,dengan menumbuhkan karakter ilahi dalam kehidupan kita (3:12-15). Kedua, dengan menerapkan tingkah laku yang mulia (3:16-17) yang terlihat nyata di dalam berbagai relasi kehidupan, baik di dalam maupun di luar rumah tangga (3:18-21). Dengan demikian, pengharapan akan masa depan, yaitu hidup bersama dengan Kristus, sudah bisa kita rasakan sekarang di dunia ini.

Apa yang kita perbuat pada hari ini akan menentukan bagian yang ditentukan bagi kita didalam kekekalan. Sudahkah kita mempraktikkan perbuatan baik yang sejalan dengan karakter seorang yang sudah mengalami penebusan Kristus? Bangunlah karakter Anda melalui kebiasaan hidup yang baik dan hati yang takut akan Tuhan. Ingatlah bahwa hanya Tuhan yang sanggup mengubah hati manusia.

Minggu, 07 Maret 2010

Menjaga Kesucian Hidup

Baca : Kejadian 39-40

Sungguh menakjubkan membaca bahwa Yusuf, seorang pemuda tampan yang belum pernah menikah, sanggup menghadapi godaan istri Potifar. Dia tetap mempertahankan kesucian hidup karena dia menganggap perzinahan sebagai kejahatan dan dosa terhadap Allah.

Godaan yang dihadapi oleh Yusuf itu berat karena: Pertama, mengingat bahwa Potifar adalah seorang pejabat tinggi di Mesir, istri Potifar pasti seorang yang cantik. Kedua, godaan istri Potifar itu bukan hanya terjadi sekali, tetapi terjadi dari hari ke hari. Ketiga, agaknya ada banyak “kesempatan baik” saat tidak ada seorang pun yang melihat (39:11). Keempat, bila Yusuf bersedia mengikuti kemauan istri potifar, dia pasti akan lebih sejahtera hidupnya. Kelima, Yusuf sendirian, tidak ada keluarga atau kawan yang menguatkan dirinya untuk melawan godaan istri Potifar.

Ada dua hal yang membuat Yusuf bisa mengatasi godaan dari istri Potifar. Pertama, sekalipun Yusuf terpisah dari lingkungan keluarganya, dia tetap beribadah kepada Allah secara pribadi. Dia tidak memisahkan antara ibadah dengan cara hidup. Dia meyakini bahwa segala sesuatu yang dilakukannya dalam hidupnya memiliki relasi dengan Allah. Kedua, Yusuf tidak mau tetap berada dalam situasi yang menggodanya untuk berbuat dosa. Ketika dia menghadapi godaan berat saat dirayu dalam keadaan rumah kosong, dia memutuskan untuk meninggalkan bajunya dan lari keluar rumah.

Bila Anda ingin bertahan menghadapi godaan dosa, Anda perlu mengikuti teladan yang diberikan oleh Yusuf. Anda harus menyadari bahwa seluruh aspek kehidupan ini berkaitan dengan Allah. Anda juga perlu menjalin persekutuan yang akrab dengan Allah melalui doa dan Firman Tuhan. Selanjutnya, Anda harus bersikap tegas dalam menolak dosa. [P]

Mazmur 119:9
“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.”

Sabtu, 06 Maret 2010

Perjuangan Kita Semua

Baca: Efesus 4:7-16

Ayat Mas: Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, Efesus 4:11,12

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 34-36; Markus 9:30-50

Dalam pertandingan sepak bola, memang yang bermain dalam masing-masing tim adalah sebelas pemain. Namun, banyak orang menyadari, sesungguhnya ada “pemain kedua belas” dalam setiap tim, yang mendukung kelompok meraih kemenangan. “Pemain kedua belas” ini adalah suporter tim tersebut. Sebagai pemantik semangat, suporter berperan menguatkan tim yang didukungnya untuk meraih kemenangan. Jadi, ketika pertandingan berlangsung, sesungguhnya seluruh “isi stadion” sedang “bertanding”.

Demikian juga misi Kerajaan Allah. Memang ada sebagian orang yang melakukan tugas-tugas spesifik; seperti menjadi pendeta, pastor, pemberita Injil, misionaris, biarawan, dan sebagainya. Namun, perjuangan membangun Tubuh Kristus adalah perjuangan kita semua, yang percaya kepada Yesus Kristus. Maka, tidaklah tepat konsep yang mengatakan bahwa yang harus mengerjakan tugas Kerajaan Allah hanyalah para rohaniwan. Bahkan, kalau mau mengambil makna literal perikop ini, tugas utama para rohaniwan adalah memperlengkapi anggota jemaat. Sementara yang bertugas membangun Kerajaan Allah adalah para anggota jemaat itu sendiri.

Lalu bagaimana kita, yang bukan rohaniwan, bisa mengerjakan misi Kerajaan Allah ini? Dengan menjadi duta Kerajaan-Nya di tempat kita hidup, berkeluarga, bekerja, dan bermasyarakat. Dengan hidup sesuai standar Kristus, hingga menjadi berkat serta teladan di sana. Pula dengan mengkontribusikan nilai-nilai kristiani, sehingga Kerajaan Allah dapat dihadirkan di sana. Dan yang terutama, dengan memperkenalkan Yesus, sehingga mereka pun menjadi anggota Kerajaan Allah.

MEMBANGUN KERAJAAN ALLAH ADALAH TUGAS SEMUA ORANG PERCAYA

Rabu, 03 Maret 2010

Hidup Yang Penuh Harapan

I Petrus 1: 3b

Tiba-tiba pintu ruang bersalin terbuka. Seorang dokter dengan pakaian khusus keluar. "Istri Anda dalam keadaan baik. Namun sayang keadaan bayinya membahayakan jiwa istri Anda. Ada satu hal yang harus Anda putuskan, keselamatan istri Anda atau bayinya. Saya tahu hal ini sulit, namun kami telah berusaha sekuat mungkin. Akhirnya kami harus menemui Anda, sebab keputusan Anda amat menentukan. Jika Anda sudah siap, silahkan kami dihubungi dan menandatangani formulir ini", setelah berkata demikian dokter tersebut memeluk bahu pria yang diajak bicara.

Sorot matanya di balik kaca mata yang tebal memberi semangat pada pria yang tubuhnya gemetar.
Rata Penuh
Pria yang sedari tadi gelisah, sekarang bertambah gemetar setelah menerima berita yang meluncur dari mulut dokter yang memeluknya.

Wajahnya jadi pucat seperti mayat. Butiran keringat dingin sebesar kacang kedelai bermunculan di dahinya. Mulutnya menganga, lidahnya kelu.

Matanya nanar. Setelah berusaha menelan ludahnya, ia berusaha mengeluarkan kata-kata.

"Dokkkkter, .....mmm. bbberi kesempatan saaaya untuk berdoa".
Kepala dokter tersebut menggangguk, tanda setuju.
Ruangan tunggu kelahiran bayi malam itu sepi menggigit, sinar lampunya nampak pudar.

Suasana saat itu bisu dingin menutupi tembok sekeliling ruangan itu. Pria itu kemudian tertunduk. Wajahnya ditenggelamkan atas kedua telapak tangannya yang menopangnya. Suara tangis tertahan bercampur kepedihan dan rasa takut menimbulkan suara yang keluar dari mulutnya seperti suara berguman, tidak jelas. Suasa kembali sunyi . Kemudian ia perlahan bangkit, berjalan menuju perawat yang berdiri menunggunya.

"Suster, katakan kepada dokter, istri saya perlu diselamatkan, sedapat-dapatnya selamatkan juga anak saya. Saya telah melihat harapan."

Suster itu hanya menggangguk, kemudian menyodorkan sehelai lembaran formulir. Setelah ditandatangani. Ia kembali menunggu.

Persalinan berlangsung sulit. Dokter berupaya mengeluarkan bayi dari dalam rahim wanita yang sudah mulai kehabisan tenaga. Dengan alat khusus, dokter tersebut mengupayakan kepala sang bayi dapat keluar terlebih dahulu. Namun tiba-tiba, crot.., darah segar muncrat disertai bola mata yang masih terikat ototnya keluar mengelantung, baru kemudian kepala bayi. Merasa berpacu dengan waktu, dokter makin berusaha keras untuk mengeluarkan seluruh tubuh bayi itu. Bunyi gemeretak tulang rawan bayi yang patah karena proses tersebut. Akhirnya, tubuh bayi yang mirip seonggok daging tersebut utuh keluar dari dalam rahim. Persalinanpun berjalan sampai tuntas.

Dokter segera memerintahkan seorang perawat agar membersihkan tubuh bayi tersebut dan segera dimasukkan kantong mayat. Namun Tuhan yang mendengar doa bertindak lain. Tubuh bayi yang masih berlumuran darah dibersihkan terlebih dahulu oleh perawat. Saat tangan sang perawat membersihkan tubuh bayi di bagian dada sebelah kiri, nampak denyut jantung yang lemah. Tanda kehidupan. Rupanya denyut yang lemah terlihat oleh sang perawat tersebut. Segera bayi tersebut di kirim ke ruang khusus.

Empat tahun kemudian, bayi itu tumbuh menjadi seorang anak mirip monster hidup. Ia di beri nama William Cutts. Jika bayi normal, diusia sebelas tahun telah belajar berjalan, tidak demikian dengan William Cutts. Ia baru belajar merangkak seperti anjing. Kepala bagian kanan agak besar, matanya yang kanan rusak berat, tidak mungkin bisa melihat.

Bahunya miring. Menjelang remaja, jalannya miring seperti tiang hampir roboh. Dan kata dokter, otaknya tak akan sanggup berkembang alias tidak mungkin bisa belajar seperti manusia normal.

Sudut pandang dokter rupanya beda dengan kedua orang tuanya, mereka melihat harapan. Orangtuanya terus membesarkannya dengan penuh kasih sayang. "Kelak anakku akan dipakai Tuhan secara luar biasa, sebab aku yakin harapan itu ada", demikian doa kedua orangtuanya, setiap kali melihat William Cutts yang selalu kesulitan dengan menyelaraskan jalannya dengan bahunya. Tuhanpun mewujudkan harapan anak-anakNya.

Tepat pada waktuNya, William Cutts bersimpuh di kaki- Nya, satu ayat yang dipegangnya yang menjadi dasar panggilannya, "Justru di dalam kelemahan kuasa-Ku menjadi sempurna", II Korintus 12: 9. Inilah sumber pengharapan baginya.

Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan orang yang berharap kepada-Nya.

Tuhan pun membuktikan janjiNya. Apa yang tidak dipandang oleh dunia, dipakai Allah secara luar biasa. Dengan segala keterbatasannya, William Cutts maju untuk taat. Harapan demi harapan terkuak setelah ia taat melangkah.

Setelah menyelesaikan sarjananya di sekolah theologia, ia menjadi utusan misi ke Irian Jaya, Indonesia. Tuhan meneguhkan janjiNya, dalam kelemahan kuasa-Nyata nyata. Tiap langkah pelayanan William Cutts, Tuhan meneguhkan dengan mujizat-Nya. Semua ini diawali dengan orang yang melihat harapan dan mempercayai harapan di dalam Yesus itu pasti ada dan tidak pernah sia-sia.

William Cutts telah menyaksikan apa makna hidup di dalam pengharapan yang berlimpah di dalam Kristus!

Sesungguhnya harapan di dalam Kristus itu, adalah;

Harapan selalu memperlihatkan pada orang percaya bahwa di ujung jalan yang gelap ada terang.

Harapan selalu dapat menopang kehidupan orang percaya yang telah patah semangat dan tak berdaya.

Harapan selalu memberikan peluang, kemungkinan dan kepastian ada pemulihan kembali saat kehidupan dirasa seperti buluh yang patah atau sumbu hanya tinggal asap.

Jadi harapan itu selalu memberikan kehidupan, semangat, gairah dan kesegaran baru. Dan ..

Orang yang berharap kepada Tuhan tak pernah dibiarkan malu tersipu-sipu!

Harapan yang Tuhan Yesus berikan bukan harapan seperti yang Anda dipikirkan atau dunia tawarkan. Harapan di dalam Kristus bukan harapan yang terbatas, tidak pasti dan bersifat temporer. Harapan di dalam Kristus adalah harapan yang melimpah, pasti, dan berlimpah bak sungai.

Harapan yang demikian selalu ada di dalam diri orang percaya.

Dan harapan itu amat nyata secara khusus bagi orang-orang percaya yang mengalami berbagai-bagai dukacita karena pencobaan (ay. 6).

Jika demikian mengapa Anda berkata , "tidak ada harapan bagiku?"
Ambillah selangkah lagi, lihat tangan-Nya terbuka siap memeluk Anda.